Mengenal Dasar Lighting dalam Sinematografi

Table of Contents

Lighting dalam video atau film bukan sekadar soal “yang penting terang”, tapi merupakan bahasa visual yang memengaruhi mood, narasi, dan persepsi penonton terhadap karakter. Ia bukan hanya alat teknis, melainkan bagian penting dari storytelling visual yang memberi nyawa pada adegan. Jadi, kalo kamu lagi mulai belajar produksi film, wajib banget ngerti dulu dengan konsep dasar lighting.

Kenapa Lighting Penting?

Lighting bisa membentuk atmosfer, mengarahkan perhatian penonton, dan menyampaikan emosi tanpa kata-kata. Misalnya: cahaya redup dengan bayangan tajam bisa bikin suasana terasa tegang atau misterius, sedangkan pencahayaan lembut dan natural bikin kesannya hangat dan tenang. Selain itu, lighting juga bantu memperjelas subjek di dalam frame, menentukan waktu kejadian (siang, malam, sunset), dan bikin komposisi gambar lebih menarik.

Tiga Titik Pencahayaan (Three-Point Lighting)

Salah satu teknik paling dasar yang sering dipelajari di awal adalah Three-Point Lighting. Sesuai namanya, teknik ini pakai tiga sumber cahaya:

image 54
sumber: DK New Media, LCC

1. Key Light: ini cahaya utama dan paling terang, biasanya diletakkan di satu sisi subjek untuk menciptakan dimensi dan bayangan. Key light jadi sumber cahaya paling dominan dalam sebuah adegan.

2. Fill Light: berfungsi untuk mengurangi bayangan keras yang dihasilkan oleh key light. Biasanya posisinya di sisi berlawanan dari key light dan intensitasnya lebih lemah.

3. Back Light/Rim Light: ditempatkan di belakang subjek, back light menciptakan garis cahaya di tepi tubuh atau rambut subjek agar mereka terlihat terpisah dari background. Ini penting untuk kedalaman gambar.

Dengan mengatur ketiga cahaya ini, kamu bisa bikin subjek tampak “hidup” dan tidak flat.

Jenis-Jenis Sumber Cahaya

Di lokasi syuting, kamu bisa pakai berbagai jenis sumber cahaya, mulai dari yang alami sampai buatan:

1. Natural Light

image 61 edited
Balik Layar The Tree of Life (2011)

Cahaya dari matahari, bisa langsung (direct sunlight) atau tidak langsung (cloudy daylight). Sering digunakan untuk shooting outdoor, tapi tetap perlu bantuan reflektor atau difusi buat kontrol.

2. Tungsten

image 55 2 edited
Tungsten
image 55 3 edited
Tungsten dalam setting shooting

Lampu ini warnanya hangat (sekitar 3200K), sering dipakai di indoor setting. Kekurangannya: panas dan boros daya, tapi hasilnya tetap favorit banyak sinematografer karena tone-nya yang khas.

3. Fluorescent

image 55 7
Fluorescent
image 55 4 edited
Fluorescent dalam setting shooting

Lebih hemat energi dan dingin, tapi kadang warnanya tricky kalo ga dikontrol dengan baik. Butuh tambahan filter biar warnanya konsisten.

4. LED

image 55 9
LED
image 55 8
LED dalam setting shooting

Pilihan modern yang populer. Fleksibel, ringan, bisa diatur warnanya (bicolor atau RGB), dan lebih hemat daya. Cocok buat indie production sampai skala besar.

Soft Light vs Hard Light

image 55 10
Soft Light
image 56 edited
Hard Light
  • Soft Light: Cahaya yang menyebar, bikin bayangan jadi lembut dan halus. Biasanya dipakai untuk wajah agar tampak lebih flattering (contohnya saat shooting beauty shot atau drama emosional).
  • Hard Light: Cahaya langsung dan fokus, menghasilkan bayangan tajam. Cocok buat efek dramatis, seperti dalam film noir atau thriller.

Cara bikin cahaya jadi lebih soft? Gunakan diffuser seperti softbox, white cloth, atau pantulkan cahaya ke permukaan putih (bouncing).

Warna dan Suhu Cahaya (Color Temperature)

image 56
temperatur warna dalam foto/sinema-grafi

Setiap sumber cahaya punya temperatur warna yang berbeda, diukur dalam satuan Kelvin (K):

  • 3200K = Warm/Orange (Tungsten)
  • 5600K = Daylight/Neutral (Sunlight)
  • Di atas 6000K = Cool/Biru (Cloudy sky)

Sinematografer perlu memastikan semua lampu dalam satu adegan punya temperatur warna yang konsisten, kecuali kalo memang mau mainin warna buat alasan estetis (misalnya: lighting biru untuk kesan sedih, lighting kuning untuk nostalgia).

Teknik Pencahayaan Berdasarkan Gaya

1. High Key Lighting

image 57 2
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004)

Pencahayaan terang dengan kontras rendah. Sering dipakai di film komedi, iklan, atau drama ringan. Minim bayangan, semua detail terlihat jelas.

2. Low Key Lighting

image 57
The Conjuring (2013)

Pencahayaan gelap dengan kontras tinggi. Banyak bayangan dan cahaya fokus hanya di area tertentu. Cocok untuk film horor, misteri, atau noir.

3. Motivated Lighting

image 58
Skyfall (2012)

Menggunakan sumber cahaya yang “masuk akal” dalam adegan, seperti lampu meja, lilin, atau cahaya dari luar jendela. Tujuannya agar pencahayaan terasa natural dan realistis.

4. Practical Lighting

image 59
Steve Jobs (2015)

Sama seperti motivated, tapi sumber cahayanya benar-benar masuk ke dalam frame dan juga ikut menerangi. Contoh: lampu neon di latar belakang klub malam, atau lampu natal.

Lighting dan Karakter

Percaya ga kalo pencahayaan bisa memengaruhi persepsi kita terhadap karakter?

  • Cahaya dari bawah bisa bikin wajah terlihat menyeramkan.
  • Cahaya dari samping bikin wajah terlihat misterius.
  • Cahaya lembut dari depan (beauty light) bikin karakter terlihat hangat dan simpatik.

Itulah kenapa lighting harus dirancang sesuai dengan tone cerita dan sifat karakter.

Tips Lighting Buat Pemula

  1. Kenali mood adegan sebelum pasang lampu.
  2. Gunakan reflector murah (bisa pakai styrofoam!) buat pantulan cahaya.
  3. Jangan takut mainin shadow. Bayangan bisa bercerita banyak.
  4. Pakai diffuser kalo cahaya terlalu keras.
  5. Coba rekam tes lighting dulu sebelum rolling kamera.

Baca juga Depth of Field: Permainan Fokus dalam Sinema.

Lighting itu bukan cuma soal terang atau gelap, tapi soal bagaimana kamu bisa menciptakan emosi, narasi, dan karakter lewat cahaya. Bahkan dengan alat yang terbatas, selama kamu paham prinsip dasarnya, kamu udah bisa bikin visual yang kuat dan bermakna.

Jadi, lain kali saat kamu nonton film, coba perhatiin deh: cahaya yang masuk dari jendela itu sengaja diset? Bayangan di wajah karakter itu ngaruh ke cerita? Jawabannya hampir selalu: iya. Karena dalam film, setiap cahaya punya makna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Got a film story to share? Submit your article, case study, or review now!