Unsur cerita film itu ibarat bumbu rahasia yang bikin sebuah film jadi terasa enak dinikmati. Waktu kamu nonton film yang bagus, mungkin kamu terbawa suasana—ikut senang, tegang, atau malah sedih bareng karakter-karakternya. Tapi di balik semua itu, ada komponen penting yang nyusun cerita biar terasa nyambung dan ngena. Nah, elemen-elemen inilah yang disebut unsur cerita. Di artikel ini, kita bakal ngobrolin tujuh unsur cerita film yang seru untuk dipahami—entah kamu penonton yang suka mikir, lagi belajar nulis skenario, atau baru mulai bikin film.
1. Premis


Premis adalah ide dasar dari sebuah cerita. Ia bisa dirangkum dalam satu atau dua kalimat yang menjelaskan apa yang akan terjadi dan siapa yang terlibat. Premis bukan hanya “ringkasan cerita”, melainkan fondasi dari seluruh struktur naratif. Premis yang kuat harus jelas, memiliki konflik inti, dan menyimpan janji dramatis untuk dieksplorasi dalam cerita.
Contoh:
- Breaking Bad (2008) – Seorang guru SMA yang berubah menjadi produsen narkoba setelah didiagnosis kanker paru-paru.
- Finding Nemo (2003) – Seekor ikan badut mencari anaknya yang hilang di lautan luas.
Baca juga: Perbedaan Premis & Logline.
2. Karakter

Karakter adalah jiwa dari cerita film. Kita menonton bukan hanya untuk tahu apa yang terjadi, tapi untuk melihat kepada siapa hal itu terjadi. Karakter utama (protagonis) biasanya memiliki keinginan, tujuan, dan konflik yang memandu cerita.
Elemen penting dalam karakter:
- Tujuan: Apa yang mereka inginkan?
- Motivasi: Kenapa mereka menginginkannya?
- Konflik: Apa yang menjadi hambatan mereka?
- Perubahan: Apa yang mereka pelajari atau alami?
Film dengan cerita yang kuat biasanya menunjukkan perkembangan karakter—bagaimana karakter berubah secara emosional atau psikologis dari awal hingga akhir film.
Baca juga: Menciptakan Karakter yang Believable Pada Skenario Film.
3. Konflik

Konflik adalah mesin pendorong cerita. Tanpa konflik, cerita akan terasa datar. Konflik bisa datang dari luar (eksternal), seperti musuh, situasi berbahaya, atau sistem yang menindas, maupun dari dalam diri karakter (internal), seperti keraguan, rasa bersalah, atau trauma masa lalu.
Jenis konflik:
- Manusia vs. Manusia (hero vs villain)
- Manusia vs. Diri Sendiri (inner conflict)
- Manusia vs. Alam/Sistem/Supernatural
Konflik yang menarik bukan sekadar “perkelahian”, tapi tentang bagaimana karakter menghadapi dilema dan memilih jalannya.
Baca juga Menulis Sinopsis Film: Panduan untuk Penulis Skenario.
4. Alur (Plot)
Alur adalah urutan kejadian dalam cerita. Di dunia film, alur biasanya mengikuti struktur tiga babak:
- Babak I: Pengenalan dunia dan karakter. Pemicu konflik muncul.
- Babak II: Karakter menghadapi rintangan, makin dekat dengan titik balik.
- Babak III: Klimaks dan resolusi.
Namun, banyak film juga bermain dengan struktur non-linear (seperti Pulp Fiction) atau berbasis episode (seperti Boyhood). Apapun bentuknya, alur harus bisa ngasih rasa progresi dan sebuah ketegangan.
Baca juga: Mengenal Struktur 3 Babak ala Save The Cat oleh Blake Snyder.
5. Setting (Waktu & Tempat)


Setting bukan sekadar latar tempat. Ia bisa membentuk suasana, nilai-nilai budaya, bahkan mencerminkan konflik karakter. Setting yang baik tidak hanya “di sana”, tapi juga memiliki fungsi dramatis dalam cerita.
Contoh:
- Parasite (2019) – memanfaatkan kontras ruang kaya-miskin di Seoul sebagai metafora struktural.
- Mad Max: Fury Road (2015) – menggunakan padang pasir sebagai ruang kejar-kejaran dan pelarian dari peradaban rusak.
Baca juga Properti Film: Pemberi Nafas Pada Cerita.
6. Tema
Tema adalah pesan, gagasan, atau pertanyaan yang ingin disampaikan film. Ia tidak selalu eksplisit, tapi hadir secara konsisten dalam alur, konflik, dan transformasi karakter.
Beberapa contoh tema umum:
- Keberanian dalam menghadapi ketakutan
- Kekuatan cinta dan pengorbanan
- Kritik terhadap kesenjangan sosial
Film yang kuat biasanya tidak hanya menyampaikan cerita, tapi juga mengajak penonton merenung melalui tema yang menggugah.
7. Gaya Penceritaan (Tone & Voice)


Terakhir, gaya penceritaan adalah cara bagaimana cerita diceritakan. Ini mencakup nada emosional (tone) dan sudut pandang atau “suara” unik si pembuat cerita.
Tone bisa:
- Lucu – Jojo Rabbit (2019)
- Suram – Requiem for a Dream (2000)
- Hangat – The Secret Life of Walter Mitty (2013)
- Absurd – Everything Everywhere All at Once (2022)


Sementara voice adalah gaya khas yang membuat cerita terasa “personal” atau berbeda. Misalnya, voice Wes Anderson sangat khas dengan simetri, humor kering, dan karakter eksentrik.
Unsur cerita film bukan hanya soal “apa yang terjadi”, tapi bagaimana semua elemen—dari premis, karakter, konflik, hingga gaya penceritaan—bekerja sama menciptakan pengalaman yang menggugah. Memahami tujuh unsur cerita ini bisa membantu kamu membaca film dengan lebih dalam, menulis cerita dengan lebih terarah, dan menciptakan karya yang punya suara sendiri.
Kalau kamu lagi menulis skenario, atau cuma pengen lebih peka pas menonton film, coba bertanya-tanya “Apa premisnya? Siapa karakternya? Apa konfliknya?” Dari situ, kamu bisa nemuin betapa kaya dan kompleksnya dunia di balik layar.