Lumière Bersaudara Sebagai Bapak Sinema Dunia

Table of Contents

Lumière Bersaudara adalah dua nama yang tak bisa dilepaskan dari awal mula sinema dunia. Auguste dan Louis Lumière, dua saudara asal Prancis, bukan hanya berhasil merevolusi teknologi film di akhir abad ke-19, tapi juga mengubah cara manusia menikmati gambar bergerak—dari pengalaman individual menjadi pengalaman bersama. Setelah sebelumnya kita membahas sosok-sosok seperti Eadweard Muybridge dan Thomas Alva Edison dalam kontribusi teknisnya, kini giliran Lumière Bersaudara yang tampil sebagai penggerak besar dalam sejarah sinema. Sama halnya seperti Usmar Ismail yang dikenal sebagai Bapak Perfilman Nasional di Indonesia, Lumière Bersaudara mendapat pengakuan dunia sebagai pelopor utama dalam lahirnya sinema modern—mereka dikenal sebagai Bapak Sinema Dunia.


Dari Studio Foto Keluarga ke Revolusi Layar Lebar

image 22 2
sumber: servatius.blogspot.com

Auguste (lahir 1862) dan Louis (lahir 1864) tumbuh di tengah dunia visual. Ayah mereka, Antoine Lumière, adalah seorang fotografer sekaligus pengusaha yang memperkenalkan anak-anaknya pada teknologi gambar sejak usia muda. Louis menonjol dengan kejeniusannya dalam aspek teknis, sementara Auguste lebih kuat dalam urusan bisnis dan organisasi.

Memasuki dekade 1890-an, teknologi gambar bergerak mulai dikenal publik lewat alat ciptaan Edison dan asistennya, Dickson, yakni Kinetoscope—sebuah perangkat yang memungkinkan seseorang menonton film melalui lubang intip secara individual. Namun, bagi Lumière bersaudara, ada pertanyaan yang jauh lebih besar: bagaimana jika gambar bergerak bisa dinikmati bersama-sama, dalam satu ruangan, oleh banyak orang sekaligus?

Pertanyaan itulah yang memicu ambisi mereka menciptakan alat yang tidak hanya portabel dan praktis, tapi juga bisa menyatukan orang dalam sebuah pengalaman menonton bersama.

Cinématographe: Saat Gambar Mulai “Menulis” Gerak

image 22 3
sumber: aralya.fr

Jawaban atas pertanyaan besar itu mereka wujudkan dalam bentuk Cinématographe, alat yang mereka patenkan pada tahun 1895. Nama ini berasal dari bahasa Yunani, yang secara harfiah berarti “menulis dengan gerak.” Berbeda dengan Kinetoscope yang hanya bisa menayangkan gambar, Cinématographe adalah alat multifungsi—bisa merekam, mencetak, sekaligus memproyeksikan film.

Keunggulan lainnya adalah mobilitasnya. Cinématographe ringan dan mudah dibawa, memungkinkan proses produksi film dilakukan di luar studio. Lebih dari sekadar alat, kehadiran Cinématographe juga mengubah sinema dari pengalaman individual menjadi pertunjukan sosial—dimana orang berkumpul, duduk bersama, dan merasakan cerita yang sama dalam satu layar.

Pemutaran Publik Pertama dalam Sejarah Sinema

image 22
sumber: moviegoings.com

Hari itu, tanggal 28 Desember 1895 di sebuah ruang bawah tanah Grand Café di Boulevard des Capucines, Paris, Lumière Bersaudara menyelenggarakan pemutaran film publik berbayar pertama dalam sejarah. Sepuluh film pendek diputar, masing-masing berdurasi sekitar 50 detik. Inilah momen penting yang menandai lahirnya budaya menonton film seperti yang kita kenal sekarang.

Beberapa film yang mereka tayangkan antara lain:

  • La Sortie de l’Usine Lumière à Lyon: Pekerja pabrik Lumière keluar saat jam pulang.
  • Le Jardinier (L’Arroseur Arrosé): Komedi ringan tentang tukang kebun yang dikerjai anak kecil.
  • La Voltige: Aksi akrobat di atas kuda berjalan.
  • La Pêche aux poissons rouges: Anak kecil memancing ikan mas dalam akuarium.
  • Le Débarquement du Congrès de Photographie à Lyon: Para peserta kongres fotografi tiba di Lyon.
  • Les Forgerons: Dua pandai besi bekerja di bengkel.
  • Repas de bébé: Ibu menyuapi bayi di kursi makan.
  • Le Saut à la couverture: Permainan lompat selimut tradisional.
  • Place des Cordeliers à Lyon: Aktivitas warga di alun-alun Lyon.
  • La Mer (Baignade en mer): Orang-orang bermain air dan mandi di pantai.

Film La Sortie de l’Usine Lumière à Lyon diakui sebagai film dokumenter pertama di dunia, sementara Le Jardinier dianggap sebagai film komedi pertama dalam sejarah.

Sinema yang Menyentuh Realita

image 22 5
sumber: catalogue-lumiere.com

Apa yang membuat karya Lumière Bersuadara istimewa bukan hanya teknologinya, tetapi pendekatan mereka dalam menangkap kehidupan. Mereka memilih untuk merekam adegan-adegan sederhana dari kehidupan sehari-hari: orang berjalan di pasar, pekerja pabrik, anak-anak bermain, hingga aktivitas keluarga di rumah. Tanpa skenario rumit atau aktor profesional, mereka berhasil membawa realitas ke layar—menciptakan cikal bakal estetika dokumenter dalam dunia sinema.

Meskipun film-film mereka hanya terdiri dari satu adegan dengan kamera statis dan durasi pendek, keputusan artistik mereka dalam memilih sudut pengambilan gambar, komposisi visual, dan subjek yang diangkat telah membuka jalan bagi lahirnya bahasa sinema yang lebih kompleks di masa depan.


Meski tak lama berkecimpung di industri film—karena mereka menganggap sinema hanya sekadar hiburan sesaat—warisan Lumière Bersaudara justru melampaui ekspektasi mereka sendiri. Mereka bukan hanya menciptakan alat, tapi juga membentuk cara baru bagi manusia untuk bercerita, berbagi emosi, dan menikmati waktu bersama. Cinématographe juga menginspirasi para pembuat film di seluruh dunia. Dari ruang bawah tanah Grand Café di Paris, sinema menjelma menjadi industri global yang terus tumbuh dan berevolusi hingga hari ini.

Ingin tahu lebih jauh soal evolusi sinema dari masa ke masa? Ikuti terus artikel-artikel kami berikutnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *