*SPOILER ALERT—”Sejarah selalu ditulis oleh para menang”, hal yang lebih dari sekedar ungkapan buat sejarah Indonesia. Eksil (2022) adalah film dokumenter yang ngebahas gimana narasi sejarah bisa dimanipulasi, gimana pendidikan kita dibentuk buat ngebenci PKI lewat propaganda yang gila-gilaan. Film ini ngebuka fakta pahit yang selama ini ditutup-tutupi: mereka yang kalah, diasingkan, dan sengaja dihapus dari ingatan kita. Film yang dapat dibilang sukses karna dapet rating 8.6/10 di IMDb.
Film Dokumenter yang Menguak Luka Lama
Disutradarai Lola Amaria, Eksil jadi salah satu dokumenter terpenting di abad ke-21. Film ini nunjukin wawancara, arsip, dan kisah dari mereka yang ngalamin langsung tragedi 1965. Ga cuma jadi rekaman sejarah, film ini juga ngegambarin gimana luka lama di tahun 65 masih ngebekas dalam kehidupan para eksil dan keluarganya. Film ini punya kekuatan emosional yang ga kalah sama Citizenfour (2014), dokumenter pemenang Oscar tentang Edward Snowden. Citizenfour bongkar gimana Snowden ngebocorin dokumen rahasia NSA yang membuktikan adanya pengawasan massal terhadap warga Amerika dan dunia. Film ini ga cuma mengguncang dunia, tapi juga ngebuat Snowden jadi buronan yang harus ninggalin negaranya sendiri dan hidup dalam pengasingan di Rusia. Nasib para tim produksi film juga ga kalah suramnya, berbagai ancaman dan tekanan yang ga bisa dihindari juga menimpa mereka. Hal ini jadi ngejelasin gimana film dokumenter bisa punya dampak besar dan konsekuensi yang serius bagi tim produksinya. Sama halnya kayak Citizenfour, Eksil juga punya risiko yang ga kalah besar buat sineas dan narasumbernya. Soalnya, film ini ngebahas topik yang sensitif banget dalam politik dan sejarah Indonesia. Sayangnya, walaupun Eksil tayang perdana pada 27 November 2022 di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) , film ini ga bisa tayang luas ke publik. Masalah keamanan jadi salah satu alasan utama, apalagi setelah pembuat film dapet permintaan langsung dari para eksil supaya mereka ga ngalamin hal buruk yang sama.
Pemutaran Alternatif dan Sensor yang Bikin Kecewa
Beberapa tahun terakhir, Eksil diputar di bioskop secara mandiri dengan permintaan khusus dari para promotor yang berpikir film ini sebagai dokumen penting buat publik. Hal ini ngebuat pemutaran filmnya terbatas di kalangan tertentu. Selain itu, penayangan tahun 2025 mengecewakan karna beberapa adegan penting dihapus, khususnya bagian yang ngeliatin keterlibatan Prabowo Subianto, Presiden RI saat ini. Salah satu penonton pas premiere di JAFF 2022 curhat kalo dia kecewa banget pas nonton ulang versi terbarunya yang hilangin bagian itu. Padahal Prabowo punya peranan besar pada permainan politik saat itu dengan jabatan yang dimilikinya.
Dokumenter, Sensor, dan Pentingnya Nyuarain Kebenaran
Sebagai film dokumenter, Eksil seharusnya bisa nyampein fakta apa adanya. Sayangnya, versi 2025 malah kena cut sana-sini sampe bikin esensi jadi cacat. Walau ga bisa dipungkiri, tayangin versi lengkapnya udah pasti punya resiko besar. Justru hal ini buat pesan di dalam film jadi makin kabur buat penontonnya. Lingkaran ini ga boleh dibiarkan terus karna kalo sejarah terus dipilah-pilih buat dikonsumsi publik, kita bakal terus ngulang kesalahan yang sama karna keterbatasan informasi. Makanya, pemutaran alternatif yang konsisten dan penyaluran lewat platform streaming bisa jadi solusi terbaik untuk jaga pesan dan orisinalitas film yang sepenting Eksil ini. Seperti kata orang bijak, jika suatu bangsa lupa dengan sejarahnya, pada akhirnya kesalahan yang sama adalah keniscayaan. Kalo menurut kamu gimana?